Narasi Nur Ariyanti Ep 2: Galau PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar)



Apa cuma aq yang heran dengan kisah kasih corona? Apa yang aku baca dan lihat di sosmed. Jauh sekali berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Apa karena aku salah lapangan? Atau aku melihat sambil merem? Entahlah...

Kemaren, aku pergi ke perkebunan durian, seperti biasa suami pergi membelikan pesanan. Karena lokasinya jauh ke desa, aku dan anak-anak ikut. Dan wowwwwwwwww! Rame lur! Bahkan pabrik-pabrik masih padat aktivitas dan berjejer penjual-penjual di depan pintu pabrik menunggu karyawan pabrik keluar.

Sepanduk himbauan covid-19 terpampang besar dan banyak di pinggir jalan, seperti spanduk caleg dengan selogan "WANI PIRO". covid-19 tergolong virus yang matre, dia gak berani masuk ke pabrik orang terkaya nomor 1 di Indonesia. Apalagi ke wilayah tambang para penguasa.

Pebisnis kelas kakap punya karpet merah selama adanya pandemic, dapat keringanan membayar gaji dan menunda THR, bebas melakukan perjalanan dan bisa borong aset mumpung lagi dijual murah dan yang paling utama bisnisnya bisa tetap jalan (plus lagi disiapkan RUU CILAKA/ OMNIBUS LAW) sebagai new normal pasca pandemic. Pebisnis kelas virus dan bakteri kayak saya yang akan kelihatan kalau pakai mikroskop dan di zoom jutaan kali, hanya bisa diam dirumah sambil memanfaatkan receh-receh untuk menunda kunjungan covid-19.

Yang sudah gak punya receh tetapi masih punya tenaga, masih bisa dimanfaatkan covid-19 sebagai tumpangan agar bisa bepergian lebih jauh dan menyebar lebih luas "udah matre, virus ini bisa memerah segala upaya kita sampai tetes keringat terakhir". Yang sudah gak punya receh dan gak punya tenaga, tamatlah riwayatnya!

"Siapkan uang anda atau mati!" ujar virus covid-19 sambil menodongkan dua bilah pisau yang bertuliskan "RIP kesehatan" dan satu lagi "RIP ekonomi".

Nur Ariyanti

Comments

Popular posts from this blog

Narasi Nur Ariyanti Ep 3 : Jangan Dibuang

An Inconvenient Truth: 2030 Indonesia Tenggelam

Narasi Nur Ariyanti Ep 1 : Menghidupkan Cahaya